Sabtu, 09 April 2011

HUBUNGAN ANTARA FENOLOGI DAN TAKSONOMI LAMUN

Di samping pengamatan lapangan yang sangat teliti, ada suatu teknik yang lain yang digunakan dalam koleksi lapangan terhadap material vegetative. Widdowson (1971) mengadakan penelitian pada taksonomi algae Alaria, dibagian utara-timur laut dari perairan Pasifik yang berdasarkan pengukuran secara cermat dari bagian-bagian yanaman, Phillips (1972) menampilkan analisis statistic dari daun-daun Zostera di perairan Puget Sound. Dia menyimpulkan bahwa varisi dimensi yang muncul antara daun kecil (sempit) di daerah intertidal dan daun besar (lebar) pada daerah subtidal akan memunculkan variasi fenotipe.
Pada tahun 1964-1965, Phillips (1972) melakukan transplantasi timbal-balik dari persediaan vegetative Zostera yang tersebar pada zona pasang surut di perairan Puget Sound untuk mengetahui perubahan fenotipe. Hasil menunjukkan bahwa kedua percobaan transplantasi tersebut menghadirkan dimensi daun, seperti panjang dan lebar daun, dimana karakter tersebut sebelumnya digunakan untuk membedakan taxa yang berdasarkan kedalaman. Hasil ini cocok dengan studi pengukuran daun. Transplantasi bolak-balik ini juga memperlihatkan bahwa intertidal yang ditempatkan di daerah subtidal akan berbunga seperti dengan tanaman yang sds di subtidal, seperti satu bulan kemudian dari tanaman intertidal, dan tanaman subtidal akan berbunga seperti halnya dengan tanaman intertidal yaitu satu bulan lebih cepat dari tanaman subtidal. Jadi tanaman lamun berinteraksi dengan lingkungan mereka dalam suatu proses dinamika, dimana hasilnya dalam morfologi daun ditemukan adanya fenotipe yang elastis. Penelitian dalam taksonomi lamun juga merupakan penelitian dalam fenologi lamun.



Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, baik dari bidang fenologi maupun dari bidang taksonomi, maka beberapa variasi yang spesifik dalam penelitian lamun dapat diuraikan sebagai berikut (Phillips 1980) :
1.  Fisiologi dengan studi temperature dan toleransi salinitas
2.  Morfologi dengan studi perubahan dimensi/ukuran daun dan
3.  Fenologi dengan pengamatan perubahan secara periodic tanaman dari satu jenis yang berasal dari daerah distribusi tanaman yang berdekatan atau berjauhan.
Keragaman metode percobaan di lapangan dan laboraturium saat ini sudah tersedia dan dapat diterapkan pada penelitian taksonomi dan fenologi lamun. Dengan menggunakan metode percobaan akan lebih penting artinya bagi ekosistem lamun sebagai sumberdaya alam.
Monitoring dan pengelolaan lingkungan pada daerah pesisir akan meningkat karena adanya peningkatan aktivitas manusia. Jika hal ini dilakukan lebih awal, maka ekosistem lamun akan dapat digunakan berkesinambungan sebagai sumberdaya alam. Penelitian fenologi dan taksonomi lamun akan menjadi penting. Informasi sangat dibutihkan dari efek perubahan iklim di bumi pada fenologi lamun dan adaptasi jenis untuk berbagai gangguan yang berpotensi. Fenologi dapat digunakan untuk mendeteksi secara musiman pada jenis yang sama dari lamun pada suatu jarak geografi dan longitudinal, dan untuk membandingkan musim yang lebih lama pada jenis subtropics, misaknya untuk mngetahiu lamun yang terpengaruh dengan iklim musiman pada daerah subtropics dan tropis.
Aplikasi fenologi pada pengelolaan ekosistem pertanian darat telah diterima dengan baik. Hopp & Lieth (1974) mencatat beberapa kejadian yaitu adanya “blooming” dari tanaman hortikultura yang cepat, dan dengan adanya suatu indicator untuk perkembangan dari ulat yang berbahaya pada hasil panen tanaman. Hal ini dapat dijadikan sebagai satu dari contoh untuk ekosistem lamun yang diharapkan oleh kita dalam memulai mengoleksi data fenologi, dimana kita dapat memulai untuk memprediksi periode panen dan kuantitas makanan hewan yang dapat diambil dari ekosistem lamun. Dari uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa akan lebih banyak lagi aplikasi yang dapat dikembangkan untuk melanjutkan penelitian pada ekosistem lamun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar